Jiwa  patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo  Oetomo,  salah seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan  teman-temannya  dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta  api yang  lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan  militer.  Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi  berulang-ulang  sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat  hukuman kurungan  di penjara Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera  Barat. Setelah  dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah  mendirikan Setia Hati  Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan  kembali perguruannya  sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan  Setia Hati Terate.
Persaudaraan  Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh  RM Imam  Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia  Hati  Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar  Hardjo  Oetomo.
Sebelum  menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo  Oetomo  magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi  guru,  bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan dan   Tapen. Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar   Spoor Madiun di Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner   Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun). Pada   tahun 1916 bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917 masuk   menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo,   pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini bekerja di stasiun kereta   api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Tahun 1922 bergabung dengan   Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club di Desa   Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke daerah Nganjuk,   Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.
Tahun  1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara di  Cipinang,  kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15 tahun.  SH PSC  dibubarkan Belanda karena terdapat nama “pencak”. Setelah pulang  dari  masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk menyesuaikan   keadaan, kata “pencak” pada SH PSC menjadi “pemuda”. Kata “pemuda”   semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak dibubarkan.   Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Jepang ke   Indonesia.
Tahun  1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati tokoh  pergerakan  Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi  Setia Hati  Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa  organisasi.
Tahun  1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono,dan lain-lain   mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa   Pilangbango, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang   dulunya bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia   Hati Terate dengan diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya   Darsono. Kemudian secara berturut-turut:
· Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.
· Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
· Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
· Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
· Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
· Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
· Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
· Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
· Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
Untuk  menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati “Terate” ini,  sebelumnya  seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat  dasar yang  dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil.  Pada tahap  ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon  saudara.
Selama  dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga  (saudara SH)  juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada  para siswa.
Setelah  menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang  dianggap  sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan   pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini   termasuk saudara SH yang “terbaik dari yang terbaik” yang dipilih   melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung   pada bulan Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam pengeceran   antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya   sarat-sarat yang telah ditentukan.
Dalam  proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan   jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah,   petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru   disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I   (erste trap). Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam   tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap),   Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).
Pada  Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat  yang  merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta   pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap   dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa   aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa   Barat, Betawi (Jakarta), dan Minangkabau.
Khadang  SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di  beberapa negara  seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika  Serikat, Australia,  Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam.  Secara administratif  mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun  1986. Sehingga  jumlah saudara mulai tahun 1986 – 1999 sebanyak 108.267


